Teman dan Pengaruhnya Pada Tingkah Laku Anak
Urgensitas teman bagi seorang anak.
Sangatlah penting bagi orang tua untuk mengetahui bahwa berteman itu merupakan sesuatu yang sangat penting bagi anak, bahkan anak yang tidak mempunyai teman ibisa dikatakan kurang normal dari segi sosial dan pastinya dia memiliki problem tersendiri yang menyebabkannya tidak bisa berbaur dengan orang lain, karena anak kecil yang normal dia akan senang berkumpul dengan teman-temannya dan bermain bersamanya.
Semakin bertambahnya umur anak, maka bertambah pula kebutuhannya untuk berteman, bahkan bisa dikatakan bahwa pada usia pubertas berteman merupakan kebutuhan anak yang paling besar, mereka sangat membutuhkan teman yang satu level dengan mereka dan sangat sedikit sekali kecenderungan untuk berteman dengan mereka yang usaianya lebih tua darinya dengan anggapan bahwa mereka tidak mampu memahami segala kebutuhannya.
Dengan demikian anak yang sudah menginjak usia pubertas jika tidak mampu bergaul dengan teman-temannya, maka seseungguhnya jiwanya akan terasa hampa dan menderita. Pada dasarnya dia memahami hakikat itu tetapi dia tidak mampu untuk memahami apa yang menyebabkan dia tidak bisa bergaul dengan teman-temannya, sehingga dia hidup sendiri seolah-olah tidak ada yang mau berteman dengannya.
Sesungguhnya pengaruh teman itu sangat besar. Perbuatan, perkataan dan tingkah laku anak sebagian besar dipengaruhi oleh teman-temannya, dengan demikian melarang anak untuk berteman merupakan suatu perkara yang sangat berbahaya terhadap jiwa dan sikap sosialnya.
Saya mengatakan demikian agar supaya orang tua tidak menjadikannya sebagai sebuah alasan agar anak-anaknya terjaga dari pergaulan-pergaulan yang tidak baik, namun hendaklah orang tua harus lebih cerdas lagi dalam menyeleksi teman yang terbaik untuk anak-anaknya dan mengarahkan mereka untuk tidak bergaul dengan anak-anak yang kurang layak dijadikan teman, bukan dengan cara melarangnya secara total untuk berteman, karena hal tersebut akan menimbulkan masalah yang fatal bagi anak, khususnya anak-anak yang sudah memasuki usia pubertas.
Anak kecil sangat membutuhkan teman, karena dengan berteman dia akan merasa nyaman dan dapat mewujudkan segala apa yang dia inginkan, terutama keinginan untuk bergaul dan bersosial, dan dengan temannya itulah dia merasa bahwa dia sudah bisa bersosial dan diterima di masyarakat, dari itu dia akan merasakan kesenangan lantaran memiliki satu masalah yang sama, keinginan yang sama dan mereka bisa saling memahami satu sama lain.
Kebutuhan anak untuk bermain merupakan kebutuhan natural yang pasti dimiliki oleh setiap anak, kebutuhan ini tidak akan bisa terwujud kecuali jika anak mempunyai seorang teman, karena jiwa anak semakin besar akan berubah dan kebutuhannya pun semakin meluas, yang awalnya hanya terfokus dengan dirinya dan tidak butuh dengan orang lain, namun sekarang meluas dengan munculnya kebutuhan untuk bersosial, bermain bersama, berinteraksi sosial, saling memberi dan menerima. Namun kadang-kadang seorang anak memiliki teman special, dan ini bukan berarti bahwa dia tidak bergaul dengan yang lainnya.
Sebagaimana banyak anak yang lebih senang bergaul dengan teman-temannya, karena dari teman-temannya itu si anak mendapatkan jawaban-jawaban dan solusi dari problem-problem yang dihadapinya atau pertanyaan-pertanyaan yang ada dalam otak mereka yang dia tidak mendapatkannya dari keluarganya, atau malu untuk menanyakannya.
Terlebih lagi bagi keluarga yang sangat meremehkan hal tersebut, tidak pernah bekumpul dengan keluarga untuk berdiskusi dan berdialog-dialog santai, ataupun tidak menghargai pendapat anak kecil dan mengejeknya.
Dengan demikian maka teman itulah tempat yang paling nyaman dan enjoy untuk bertukar pikiran dan mencari solusi dari sebuah masalah.
Kenapa anak bisa terpengaruh dengan teman-temannya?
Sudah tidak diragukan lagi bahwa mayoritas anak-anak suka berteman, dan bagi mereka berteman itu menduduki posisi penting dalam kehidupannya, anak-anak bisa terpengaruh dengan perbuatan teman-temannya, bahkan mengalahkan pengaruh orang tua, seperti jika orang tua menasihatinya dengan sebuah kata-kata yang kontradiksi dengan apa-apa yang dia dapatkan dari temannya, maka anak akan kebingungan sendiri dan bahkan bisa lebih mengunggulkan apa yang dikatakan oleh temannya, demikian itu karena anak ingin agar dia bisa terus bersama dengan temannya, dengan demikian dia harus terus sepakat dengan teman-temannya.
Adapun jika nasihat itu disampaikan kepada anak yang sudah menginjak usia remaja, tidak jarang anak akan langsung mematuhinya namun dipikirkan terlebih dahulu yang malah kadang-kadang tidak dilaksanakan.
Dari ini mungkin orang tua bisa memperbaiki anak-anaknya dengan mencarikan dan mengarahkannya kepada teman-teman yang baik agar dapat dijadikan teladan baginya dan dapat dicontoh, karena dalam usaia remaja anak biasanya lebih banyak terserang dengan rasa ragu dan bimbang, sedangkan usia remaja adalah usia yang paling berbahaya dan sangat rawan, oleh karena itu teman yang berakhlakul karimah, rajin belajar dan baiklah yang wajib dijadikan sebagai temannya, karena secara otomatis anak akan mengikuti temannya, dia akan baik jika temannya baik begitu pula sebaliknya.
Jika anak berteman dengan teman yang tidak baik, meskipun orang tuanya menasihatinya dengan berbagai macam cara, tetap saja anak tidak akan menuruti nasihat orang tuanya. Seperti menjelaskan efek samping dari merokok, jika anak masih bergabung dengan temannya yang suka merokok, mana mungkin dia akan mau berhenti, terlebih jika temannya mengkampanyekan bahwa merokok adalah sikap laki-laki yang gantle. Dengan demikian anak akan dianggap banci jika tidak merokok dan jelas dong anak akan kehilangan rasa percaya diri di hadapan teman-temnannya dan nasehat dari orang tua sudah tidak berguna lagi, malah dianggapnya sebagai sebuah bumerang yang menghalanginya untuk menjadi laki-laki sejati.
Sebuah catatan yang saya rasa juga sangat urgen bagi orang tua, hendaklah dalam menasihati anak jangan pernah memakai dalil-dalil atau argumen-argumen yang salah dan terkesan terlalu dibuat-buat, karena jika anak mengetahui kebenarannya dan ternyata tidak sama dengan apa yang dikatakan orang tuanya maka kepercayan anak kepada orang tua akan hilang dan akan memvonis orang tuanya sebagai pembohong, karena anak tidak pernah memikirkan bahwa di balik kebohongan orang tuanya adalah demi kebaikannya juga bukan semata-mata berbohong.
Bagaimana melindungi anak dari teman-teman yang tidak baik?
Sebelumnya sudah dijelaskan sejauh mana pengaruh teman dalam pembentukan karakter anak, dan ini juga sebelumnya sudah ditegaskan dalam syariat islam, sebagaimana dalam hadist Rasul dikatakan : kelakuan seseorang itu akan sama seperti temannya, maka lihatlah siapa temannya?.
Dan dalam syair arab juga dikatakan : tentang seseorang jangan kamu tanyakan kepadanya tetapi tanyakanlah temannya, karena seseorang akan mengikuti temannya..
Akan tetapi bagaimana sikap orang tua jika mengetahui anaknya berteman dengan anak yang tidak baik, apakah memaksanya untuk segera menjauhinya atau meluruskan perbuatan anaknya saja tanpa melihat kepada keadaan temannya?, dan bagaimana orang tua memperbaiki anaknya sedangkan di sampingnya masih ada temannya yang terus mempropokatori dan mengajak kepada kebrutalan dan sebagainya?.
Sudah pasti saya katakan bahwa kedua orang tuanya salah, karena sudah membiarkan anaknya bergaul dengan teman yang tidak baik sedangkan sejak awal keduanya tidak pernah menjaga anaknya dari pergaulan yang tidak baik-mencegah lebih baik daripada mengobati- akan tetapi apa boleh buat segalanya sudah terjadi di depan mata dan harus segera diperbaiki.
Kewajiban orang tua adalah memperbaiki perbuatan anak dan mengajarkan bahwasanya perbuatan buruknya itu dipengaruhi oleh temannya yang tidak baik tadi, berusaha sebaik mungkin menjauhkan anak dari teman-temannya secara perlahan-lahan, menggunakan gaya bahasa yang baik dan tidak terkesan memerintah atau melarang, karena si anak sudah remaja dan tidak mau diperlakukan seperti anak kecil.
Dan orang tua pun memahami keadaan ini, jangan pernah mengatakan kepada anaknya "kamu masih kecil,dan harus nurut dengan perkataan mamah dan papah kamu". Perkataan seperti ini tidak boleh dikatakan kepada anak di usai remaja, karena dia tidak akan mau menerimanya. Akan tetapi hendaknya orang tua mengarahkannya dengan cara yang sudah dijelaskan di atas tadi, seperti dengan gaya bahasa yang halus tidak menggambarkan perintah atau larangan, memberikan pemahaman secara rasional dalam menimbang sisi positif dan negatif dari perbuatannya dan memberikan motifasi bahwasanya si anak ini sudah besar dan mampu memilah dan memilih mana yang benar dan mana yang salah.
Bapak boleh mengatakan seperti ini misalnya : Nak, kamu sudah besar dan mampu bertanggung jawab sebagaimana anak laki-laki lain, kamu bisa menilai yang baik dan buruk, kamu tidak boleh terus mengikuti emosi kamu. Sebenarnya teman kamu sakarang itu hanya akan membawa kehancuran masa depan kamu dan bapak yakin suatu saat kamu pasti akan meninggalkan teman-temanmu itu, sekarang Bapak hanya sedang menunggu waktu tepatnya saja.
Dengan demikian anak akan berpikir bahwasanya dia harus mencari teman yang lebih baik, namun harus tetap dalam pengawasan orang tua dan dengan petunjuknya dalam memilih teman yang baik.
1). Peran guru
Guru adalah seseorang yang memberikan panutan kepada muridnya dan kata-kata nasihatnya terkadang lebih didengarkan oleh murid daripada nasihat orang tuanya. Seorang guru yang melakukan tugasnya dengan sebaik-baiknya dan menyadari betul-betul bahwasanya dia adalah seorang pendidik, maka dia akan sangat membantu kedua orang tua di dalam mendidik anaknya kepada kebenaran, maka dianjurkan bagi orang tua untuk sesekali berkunjung ke sekolah anak -sebaiknya tanpa sepengetahuan anak- dan menjelaskan keadaan anaknya karena orang tuanya lebih mengetahui apa yang dia harapkan dari anaknya.
Dan apabila guru tidak mampu melaksanankan tugas yang penting ini, khususnya pada sekolah yang murid-muridnya menumpuk, maka ketua osis secara tidak langsung menyempurnakan tugas ini dengan menjaga murid dari teman-teman yang tidak baik dengan masih tetap beranggapan bahwa orang tua juga berusaha untuk menjaga anaknya.
Ketua osis bisa melibatkan anak kedalam sebuah organisasi yang disukai oleh murid, dan dalam organisasi ini murid akan mendapatkan teman-teman baru dengan akhlak yang baik sehingga murid bisa lebih rajin, kreatif dan menjadi lebih baik. Cara seperti ini juga dilakukan untuk menjauhkan anak dari teman-teman yang tidak baik. Oraganisasi ini meskipun tidak memberikan hasil semaksimal mungkin dalam mengembangkan kretifitas murid, namun paling tidak sudah dapat memberikan sumbangsih positif kepada murid, seperti menanamkan jiwa sosial, rasa tanggung jawab dan sebagainya.
Dari riset dunia pendidikan, dinyatakan bahwa murid yang terlibat dengan kegiatan osis adalah mereka yang berkompeten di sekolah, rajin dan memiliki akhlak yang baik.
Kerjasama antara lingkungan sekolah dengan lingkungan rumah (keluarga) adalah sangat penting, karena tanpa adanya kerja sama, sekolah tidak akan mampu melaksanakan perannya dengan baik. Ada sebagian orang tua yang tidak mau peduli dengan kegiatan anaknya di sekolah dan siapa guru-gurunya, sehingga sampai suatu saat anaknya menjadi radikal , namun sekiranya orang tua peduli dengan kegiatan anaknya di sekolah tidak mungkin peristiwa ini akan terjadi pada anaknya.
Idealnya memang sesekali harus diadakan sebuah rapat antara guru dengan para wali murid yang di dalamnya membahas problematika pendidikan di sekolah secara umum sekaligus mencari solusinya, karena dengan ini orng tua akan terlibat langsung kedalam tugas mendidik anak dan bukan hanya menyerahkan anaknya kepada guru seutuhnya.
2.Peran lembaga keagamaan
Agama memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan individu dan sosial, bahkan dia juga merupakan peran yang sangat penting dalam pembentukan karakter anak dan mendorongnya kepada kebaikan. Tanpa agama, pendidikan akan terasa hampa dan tidak berpengaruh.
Yayasan keagamaan -seperti masjid- sangat besar pengaruhnya dalam pembinaan pribadi dan sosial. Masjid bukan hanya sebagai tempat ibadah, namun juga bisa dijadikan sebagai tempat perkumpulan lainnya, sebagaimana pada masa Rasulullah dan sahabat, masjid bisa berpungsi sebagai sarana untuk belajar dan sebagainya, seperti perkumpulan untuk menghafal Al-qur'an, belajar ilmu fiqih dan ilmu-ilmu agama lainnya, bahkan juga berpungsi sebagai tempat sebuah perkumpulan seperti haflah maulid Nabi dan sebagainya. Sebagaimana masjid juga digunakan untuk sholat jum'at yang di dalam khutbahnya banyak mengandung ajaran-ajaran islam dan sebagainya.
Dari masa kemasa dan bahkan sepenjang masa, masjid adalah sebagai pusat ilmu dan iman yang keduanya adalah satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, sebagaimana banyak para ulama yang mengarang buku-buku fiqih (buku-buku agama) dan juga geografi dan buku kedokteran (buku-buku umum), seperti Ibnu Sina, Ibnu Rusyd,dan Arrazi.
Dan meskipun peran masjid semakin hari semakin berkurang, namun dia tetap sebagai benteng dan pondasi utama dalam pendidikan anak, anak yang tumbuh berkembang dalam naungan masjid tidak akan pernah kenal dengan perbuatan-perbuatan yang menyimpang dan teman-temanya pun insya Allah teman yang baik juga.
Sebuah kesalahan fatal jika orang tua melarang anaknya untuk bersentuhan dengan masjid, mereka tidak faham dan tidak mengetahui bahwasnya mereka telah mendidik anaknya untuk meninggalkan shalat, karena anak jika tidak dibiasakan melaksanakan sholat ketika kecil maka akan sulit untuk melaksanakannya ketika besar nanti, dalam hadist dikatakan : Perintahkanlah anak-anakmu untuk sholat di usai tujuh tahun dan pukullah mereka jika sudah 10 tahun -jika tidak mau melaksanakannya-.
Orang yang melarang anaknya untuk pergi ke masjid, mereka tidak memahami sejarah bahwa bagaimana pada zaman Rasulullah anak-anak berkumpul di masjid, meskipun hanya sekadar bermain-main. Sebagaimana dijelaskan di dalam hadist bahwasanya rasulullah membawa masuk Umamah putri zainab ketika beliau shalat di masjid dan hadist-hadist mengenai datangnya Hasan dan Husein ke mesjid dan kedunya masaih kecil. Semuanya ini adalah hadist shahih.
Hujjatul Islam Abu Hamid Alghazali berkata : Tidak mengapa jika anak kecil masuk kedalam masjid, baik bermain di dalamnya ataupun tidak, kecuali jika anak menjadikannya sebagai tempat bermainnya, maka wajib dicegahnya agar tidak menjadi kebiasaan baginya. Sebagaimana yang terjadi di hadapan Rasulullah ketika berhenti menunggu Aisyah di depan masjid dan melihat masyarakat Habasyah sedang bermain tombak dan perisai dari kulit pada hari raya di dalam masjid, sekiranya Habasyah menjadikannya sebagai tempat bermain pasti Rosul akan mencegahnya, dan juga tidak adanya unsur kemunkaran dari permainan yang dilakukannya, bahkan Rasulullah memerintahkan mereka agar memperlihatkannya kepada Aisyah agar menghibur hatinya, tiba-tiba Rasulullah berkata " Jika tidak ada kalian wahai bani arfidah..."sebagaiamana yang kami jelaskan di dalam kitab Assima'.
Intisarinya:
Sesungguhnya membawa anak ke dalam masjid tidaklah dilarang, bahkan dianjurkan untuk membiasakan mereka sholat dan cinta dengan masjid, jika mereka masih kecil di bawah usia tujuh tahun hendaklah diberikan arahan kepada mereka agar tidak menjadikan masjid sebagai tempat bermain dan mengajarkan mereka adab duduk yang baik di dalam masjid. Dengan demikian anak akan terbiasa dengan masjid , berteman dengan teman-teman yang gemar ke masjid, dan gemar menghadiri majlis ilmu di masjid. Dengan demikian anak pun akan terlindungi dari pergaulan-pergaulan yang tidak baik.
Di dalam Hadist shahih dijelaskan : Tujuh orang yang Allah lindungi pada hari yang tidak ada perlindungan selain dari-Nya (hari Qiyamat) ; Pemimpin yang adil, pemuda yang beribadah kepada Allah, orang yang cinta kepada masjid, dua orang yang saling menyinta karena Allah dan berpisah karena Allah, laki-laki yang menolak perempuan kaya dan cantik dengan alasan takut kepada Allah, laki-laki yang bersedekah dengan sembunyi sehingga tangan kirinya tidak tahu apa yang diberikan oleh tangan kanannya.
Anak yang sudah terbiasa ke masjid sejak kecil, kemungkinan besar bisa termasuk kedalam tujuh kategori di atas, karena dengan kebiasaannya ke masjid akan menjadikan anak tenang jiwanya, bersih pikirannya, jauh dari ketegangan jiwa dan polusi-polusi akhlak yang tidak baik, bisa memelihara dirinya dari gejolak-gejolak remaja, sehingga bisa melalui fase ini dengan selamat tanpa ada masalah. Maka sesungguhnya ibadahnya telah melindunginya dari kungkungan nafsu, dan kebiasaannya ke masjid mencegahnya dari pergaulan yang tidak baik.
3. Peran sanak keluarga
Orang tua yang mengetahui anaknya bergaul dengan teman yang tidak baik dan ingin menjauhkannya karena khawatir anaknya akan terjerumus kelembah kehinaan ataupun menyimpang dari ajaran-ajaran islam yang hanif hendaklah mencarikan pengganti teman yang baik bagi anaknya yang masih ada hubungan darah dengan anak, seperti pamannya, kakak sepupunya dan sebagainya dari orang-orang yang disegani oleh anak. Perkataan mereka lebih besar pengaruhnya ketimbang perkataan bapak karena anak-anak di usia remaja sangat sulit untuk menerima nasihat dari kedua orang tuanya, atau terkadang malah dianggap sebagai sebuah kekerasan karena anak ingin melakukan segalanya yang dia suka tanpa adanya tekanan dan larangan dari orang tua.
Sanak saudara menurut mereka tidak memiliki tanggung jawab khusus kepada anak dan perkataan mereka betul-betul diyakini sebagai sebuah nasihat dan arahan bukan sebuah perintah dan larangan, dengan demikian mereka lebih berpengaruh bagi anak dari pada kedua orang tuanya. Inilah hikmah dari adanya silaturrahmi dengan sanak keluarga, karena sekiranya tidak ada harmonisasai dengan sanak keluarga jika orang tua tidak mampu menangani anaknya sendiri, maka siapakah yang membantunya untuk memperbaiki anaknya, meskipun masih banyak orang lain. Namun jika tidak adanya hubungan yang jelas maka sangat sulit untuk mencapai hasil yang diharapakan.
Dengan demikian hubungan antar keluarga sangat membantu dalam memperbaiki anak. Anak akan lebih meluas pergaulannya karena di sana banyak anak pamannya dan lainnya yang tentunya mereka lebih aman untuk bermain dari pada dengan orang lain.
Wallahu a’lam bi as sawab
Sangatlah penting bagi orang tua untuk mengetahui bahwa berteman itu merupakan sesuatu yang sangat penting bagi anak, bahkan anak yang tidak mempunyai teman ibisa dikatakan kurang normal dari segi sosial dan pastinya dia memiliki problem tersendiri yang menyebabkannya tidak bisa berbaur dengan orang lain, karena anak kecil yang normal dia akan senang berkumpul dengan teman-temannya dan bermain bersamanya.
Semakin bertambahnya umur anak, maka bertambah pula kebutuhannya untuk berteman, bahkan bisa dikatakan bahwa pada usia pubertas berteman merupakan kebutuhan anak yang paling besar, mereka sangat membutuhkan teman yang satu level dengan mereka dan sangat sedikit sekali kecenderungan untuk berteman dengan mereka yang usaianya lebih tua darinya dengan anggapan bahwa mereka tidak mampu memahami segala kebutuhannya.
Dengan demikian anak yang sudah menginjak usia pubertas jika tidak mampu bergaul dengan teman-temannya, maka seseungguhnya jiwanya akan terasa hampa dan menderita. Pada dasarnya dia memahami hakikat itu tetapi dia tidak mampu untuk memahami apa yang menyebabkan dia tidak bisa bergaul dengan teman-temannya, sehingga dia hidup sendiri seolah-olah tidak ada yang mau berteman dengannya.
Sesungguhnya pengaruh teman itu sangat besar. Perbuatan, perkataan dan tingkah laku anak sebagian besar dipengaruhi oleh teman-temannya, dengan demikian melarang anak untuk berteman merupakan suatu perkara yang sangat berbahaya terhadap jiwa dan sikap sosialnya.
Saya mengatakan demikian agar supaya orang tua tidak menjadikannya sebagai sebuah alasan agar anak-anaknya terjaga dari pergaulan-pergaulan yang tidak baik, namun hendaklah orang tua harus lebih cerdas lagi dalam menyeleksi teman yang terbaik untuk anak-anaknya dan mengarahkan mereka untuk tidak bergaul dengan anak-anak yang kurang layak dijadikan teman, bukan dengan cara melarangnya secara total untuk berteman, karena hal tersebut akan menimbulkan masalah yang fatal bagi anak, khususnya anak-anak yang sudah memasuki usia pubertas.
Anak kecil sangat membutuhkan teman, karena dengan berteman dia akan merasa nyaman dan dapat mewujudkan segala apa yang dia inginkan, terutama keinginan untuk bergaul dan bersosial, dan dengan temannya itulah dia merasa bahwa dia sudah bisa bersosial dan diterima di masyarakat, dari itu dia akan merasakan kesenangan lantaran memiliki satu masalah yang sama, keinginan yang sama dan mereka bisa saling memahami satu sama lain.
Kebutuhan anak untuk bermain merupakan kebutuhan natural yang pasti dimiliki oleh setiap anak, kebutuhan ini tidak akan bisa terwujud kecuali jika anak mempunyai seorang teman, karena jiwa anak semakin besar akan berubah dan kebutuhannya pun semakin meluas, yang awalnya hanya terfokus dengan dirinya dan tidak butuh dengan orang lain, namun sekarang meluas dengan munculnya kebutuhan untuk bersosial, bermain bersama, berinteraksi sosial, saling memberi dan menerima. Namun kadang-kadang seorang anak memiliki teman special, dan ini bukan berarti bahwa dia tidak bergaul dengan yang lainnya.
Sebagaimana banyak anak yang lebih senang bergaul dengan teman-temannya, karena dari teman-temannya itu si anak mendapatkan jawaban-jawaban dan solusi dari problem-problem yang dihadapinya atau pertanyaan-pertanyaan yang ada dalam otak mereka yang dia tidak mendapatkannya dari keluarganya, atau malu untuk menanyakannya.
Terlebih lagi bagi keluarga yang sangat meremehkan hal tersebut, tidak pernah bekumpul dengan keluarga untuk berdiskusi dan berdialog-dialog santai, ataupun tidak menghargai pendapat anak kecil dan mengejeknya.
Dengan demikian maka teman itulah tempat yang paling nyaman dan enjoy untuk bertukar pikiran dan mencari solusi dari sebuah masalah.
Kenapa anak bisa terpengaruh dengan teman-temannya?
Sudah tidak diragukan lagi bahwa mayoritas anak-anak suka berteman, dan bagi mereka berteman itu menduduki posisi penting dalam kehidupannya, anak-anak bisa terpengaruh dengan perbuatan teman-temannya, bahkan mengalahkan pengaruh orang tua, seperti jika orang tua menasihatinya dengan sebuah kata-kata yang kontradiksi dengan apa-apa yang dia dapatkan dari temannya, maka anak akan kebingungan sendiri dan bahkan bisa lebih mengunggulkan apa yang dikatakan oleh temannya, demikian itu karena anak ingin agar dia bisa terus bersama dengan temannya, dengan demikian dia harus terus sepakat dengan teman-temannya.
Adapun jika nasihat itu disampaikan kepada anak yang sudah menginjak usia remaja, tidak jarang anak akan langsung mematuhinya namun dipikirkan terlebih dahulu yang malah kadang-kadang tidak dilaksanakan.
Dari ini mungkin orang tua bisa memperbaiki anak-anaknya dengan mencarikan dan mengarahkannya kepada teman-teman yang baik agar dapat dijadikan teladan baginya dan dapat dicontoh, karena dalam usaia remaja anak biasanya lebih banyak terserang dengan rasa ragu dan bimbang, sedangkan usia remaja adalah usia yang paling berbahaya dan sangat rawan, oleh karena itu teman yang berakhlakul karimah, rajin belajar dan baiklah yang wajib dijadikan sebagai temannya, karena secara otomatis anak akan mengikuti temannya, dia akan baik jika temannya baik begitu pula sebaliknya.
Jika anak berteman dengan teman yang tidak baik, meskipun orang tuanya menasihatinya dengan berbagai macam cara, tetap saja anak tidak akan menuruti nasihat orang tuanya. Seperti menjelaskan efek samping dari merokok, jika anak masih bergabung dengan temannya yang suka merokok, mana mungkin dia akan mau berhenti, terlebih jika temannya mengkampanyekan bahwa merokok adalah sikap laki-laki yang gantle. Dengan demikian anak akan dianggap banci jika tidak merokok dan jelas dong anak akan kehilangan rasa percaya diri di hadapan teman-temnannya dan nasehat dari orang tua sudah tidak berguna lagi, malah dianggapnya sebagai sebuah bumerang yang menghalanginya untuk menjadi laki-laki sejati.
Sebuah catatan yang saya rasa juga sangat urgen bagi orang tua, hendaklah dalam menasihati anak jangan pernah memakai dalil-dalil atau argumen-argumen yang salah dan terkesan terlalu dibuat-buat, karena jika anak mengetahui kebenarannya dan ternyata tidak sama dengan apa yang dikatakan orang tuanya maka kepercayan anak kepada orang tua akan hilang dan akan memvonis orang tuanya sebagai pembohong, karena anak tidak pernah memikirkan bahwa di balik kebohongan orang tuanya adalah demi kebaikannya juga bukan semata-mata berbohong.
Bagaimana melindungi anak dari teman-teman yang tidak baik?
Sebelumnya sudah dijelaskan sejauh mana pengaruh teman dalam pembentukan karakter anak, dan ini juga sebelumnya sudah ditegaskan dalam syariat islam, sebagaimana dalam hadist Rasul dikatakan : kelakuan seseorang itu akan sama seperti temannya, maka lihatlah siapa temannya?.
Dan dalam syair arab juga dikatakan : tentang seseorang jangan kamu tanyakan kepadanya tetapi tanyakanlah temannya, karena seseorang akan mengikuti temannya..
Akan tetapi bagaimana sikap orang tua jika mengetahui anaknya berteman dengan anak yang tidak baik, apakah memaksanya untuk segera menjauhinya atau meluruskan perbuatan anaknya saja tanpa melihat kepada keadaan temannya?, dan bagaimana orang tua memperbaiki anaknya sedangkan di sampingnya masih ada temannya yang terus mempropokatori dan mengajak kepada kebrutalan dan sebagainya?.
Sudah pasti saya katakan bahwa kedua orang tuanya salah, karena sudah membiarkan anaknya bergaul dengan teman yang tidak baik sedangkan sejak awal keduanya tidak pernah menjaga anaknya dari pergaulan yang tidak baik-mencegah lebih baik daripada mengobati- akan tetapi apa boleh buat segalanya sudah terjadi di depan mata dan harus segera diperbaiki.
Kewajiban orang tua adalah memperbaiki perbuatan anak dan mengajarkan bahwasanya perbuatan buruknya itu dipengaruhi oleh temannya yang tidak baik tadi, berusaha sebaik mungkin menjauhkan anak dari teman-temannya secara perlahan-lahan, menggunakan gaya bahasa yang baik dan tidak terkesan memerintah atau melarang, karena si anak sudah remaja dan tidak mau diperlakukan seperti anak kecil.
Dan orang tua pun memahami keadaan ini, jangan pernah mengatakan kepada anaknya "kamu masih kecil,dan harus nurut dengan perkataan mamah dan papah kamu". Perkataan seperti ini tidak boleh dikatakan kepada anak di usai remaja, karena dia tidak akan mau menerimanya. Akan tetapi hendaknya orang tua mengarahkannya dengan cara yang sudah dijelaskan di atas tadi, seperti dengan gaya bahasa yang halus tidak menggambarkan perintah atau larangan, memberikan pemahaman secara rasional dalam menimbang sisi positif dan negatif dari perbuatannya dan memberikan motifasi bahwasanya si anak ini sudah besar dan mampu memilah dan memilih mana yang benar dan mana yang salah.
Bapak boleh mengatakan seperti ini misalnya : Nak, kamu sudah besar dan mampu bertanggung jawab sebagaimana anak laki-laki lain, kamu bisa menilai yang baik dan buruk, kamu tidak boleh terus mengikuti emosi kamu. Sebenarnya teman kamu sakarang itu hanya akan membawa kehancuran masa depan kamu dan bapak yakin suatu saat kamu pasti akan meninggalkan teman-temanmu itu, sekarang Bapak hanya sedang menunggu waktu tepatnya saja.
Dengan demikian anak akan berpikir bahwasanya dia harus mencari teman yang lebih baik, namun harus tetap dalam pengawasan orang tua dan dengan petunjuknya dalam memilih teman yang baik.
1). Peran guru
Guru adalah seseorang yang memberikan panutan kepada muridnya dan kata-kata nasihatnya terkadang lebih didengarkan oleh murid daripada nasihat orang tuanya. Seorang guru yang melakukan tugasnya dengan sebaik-baiknya dan menyadari betul-betul bahwasanya dia adalah seorang pendidik, maka dia akan sangat membantu kedua orang tua di dalam mendidik anaknya kepada kebenaran, maka dianjurkan bagi orang tua untuk sesekali berkunjung ke sekolah anak -sebaiknya tanpa sepengetahuan anak- dan menjelaskan keadaan anaknya karena orang tuanya lebih mengetahui apa yang dia harapkan dari anaknya.
Dan apabila guru tidak mampu melaksanankan tugas yang penting ini, khususnya pada sekolah yang murid-muridnya menumpuk, maka ketua osis secara tidak langsung menyempurnakan tugas ini dengan menjaga murid dari teman-teman yang tidak baik dengan masih tetap beranggapan bahwa orang tua juga berusaha untuk menjaga anaknya.
Ketua osis bisa melibatkan anak kedalam sebuah organisasi yang disukai oleh murid, dan dalam organisasi ini murid akan mendapatkan teman-teman baru dengan akhlak yang baik sehingga murid bisa lebih rajin, kreatif dan menjadi lebih baik. Cara seperti ini juga dilakukan untuk menjauhkan anak dari teman-teman yang tidak baik. Oraganisasi ini meskipun tidak memberikan hasil semaksimal mungkin dalam mengembangkan kretifitas murid, namun paling tidak sudah dapat memberikan sumbangsih positif kepada murid, seperti menanamkan jiwa sosial, rasa tanggung jawab dan sebagainya.
Dari riset dunia pendidikan, dinyatakan bahwa murid yang terlibat dengan kegiatan osis adalah mereka yang berkompeten di sekolah, rajin dan memiliki akhlak yang baik.
Kerjasama antara lingkungan sekolah dengan lingkungan rumah (keluarga) adalah sangat penting, karena tanpa adanya kerja sama, sekolah tidak akan mampu melaksanakan perannya dengan baik. Ada sebagian orang tua yang tidak mau peduli dengan kegiatan anaknya di sekolah dan siapa guru-gurunya, sehingga sampai suatu saat anaknya menjadi radikal , namun sekiranya orang tua peduli dengan kegiatan anaknya di sekolah tidak mungkin peristiwa ini akan terjadi pada anaknya.
Idealnya memang sesekali harus diadakan sebuah rapat antara guru dengan para wali murid yang di dalamnya membahas problematika pendidikan di sekolah secara umum sekaligus mencari solusinya, karena dengan ini orng tua akan terlibat langsung kedalam tugas mendidik anak dan bukan hanya menyerahkan anaknya kepada guru seutuhnya.
2.Peran lembaga keagamaan
Agama memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan individu dan sosial, bahkan dia juga merupakan peran yang sangat penting dalam pembentukan karakter anak dan mendorongnya kepada kebaikan. Tanpa agama, pendidikan akan terasa hampa dan tidak berpengaruh.
Yayasan keagamaan -seperti masjid- sangat besar pengaruhnya dalam pembinaan pribadi dan sosial. Masjid bukan hanya sebagai tempat ibadah, namun juga bisa dijadikan sebagai tempat perkumpulan lainnya, sebagaimana pada masa Rasulullah dan sahabat, masjid bisa berpungsi sebagai sarana untuk belajar dan sebagainya, seperti perkumpulan untuk menghafal Al-qur'an, belajar ilmu fiqih dan ilmu-ilmu agama lainnya, bahkan juga berpungsi sebagai tempat sebuah perkumpulan seperti haflah maulid Nabi dan sebagainya. Sebagaimana masjid juga digunakan untuk sholat jum'at yang di dalam khutbahnya banyak mengandung ajaran-ajaran islam dan sebagainya.
Dari masa kemasa dan bahkan sepenjang masa, masjid adalah sebagai pusat ilmu dan iman yang keduanya adalah satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, sebagaimana banyak para ulama yang mengarang buku-buku fiqih (buku-buku agama) dan juga geografi dan buku kedokteran (buku-buku umum), seperti Ibnu Sina, Ibnu Rusyd,dan Arrazi.
Dan meskipun peran masjid semakin hari semakin berkurang, namun dia tetap sebagai benteng dan pondasi utama dalam pendidikan anak, anak yang tumbuh berkembang dalam naungan masjid tidak akan pernah kenal dengan perbuatan-perbuatan yang menyimpang dan teman-temanya pun insya Allah teman yang baik juga.
Sebuah kesalahan fatal jika orang tua melarang anaknya untuk bersentuhan dengan masjid, mereka tidak faham dan tidak mengetahui bahwasnya mereka telah mendidik anaknya untuk meninggalkan shalat, karena anak jika tidak dibiasakan melaksanakan sholat ketika kecil maka akan sulit untuk melaksanakannya ketika besar nanti, dalam hadist dikatakan : Perintahkanlah anak-anakmu untuk sholat di usai tujuh tahun dan pukullah mereka jika sudah 10 tahun -jika tidak mau melaksanakannya-.
Orang yang melarang anaknya untuk pergi ke masjid, mereka tidak memahami sejarah bahwa bagaimana pada zaman Rasulullah anak-anak berkumpul di masjid, meskipun hanya sekadar bermain-main. Sebagaimana dijelaskan di dalam hadist bahwasanya rasulullah membawa masuk Umamah putri zainab ketika beliau shalat di masjid dan hadist-hadist mengenai datangnya Hasan dan Husein ke mesjid dan kedunya masaih kecil. Semuanya ini adalah hadist shahih.
Hujjatul Islam Abu Hamid Alghazali berkata : Tidak mengapa jika anak kecil masuk kedalam masjid, baik bermain di dalamnya ataupun tidak, kecuali jika anak menjadikannya sebagai tempat bermainnya, maka wajib dicegahnya agar tidak menjadi kebiasaan baginya. Sebagaimana yang terjadi di hadapan Rasulullah ketika berhenti menunggu Aisyah di depan masjid dan melihat masyarakat Habasyah sedang bermain tombak dan perisai dari kulit pada hari raya di dalam masjid, sekiranya Habasyah menjadikannya sebagai tempat bermain pasti Rosul akan mencegahnya, dan juga tidak adanya unsur kemunkaran dari permainan yang dilakukannya, bahkan Rasulullah memerintahkan mereka agar memperlihatkannya kepada Aisyah agar menghibur hatinya, tiba-tiba Rasulullah berkata " Jika tidak ada kalian wahai bani arfidah..."sebagaiamana yang kami jelaskan di dalam kitab Assima'.
Intisarinya:
Sesungguhnya membawa anak ke dalam masjid tidaklah dilarang, bahkan dianjurkan untuk membiasakan mereka sholat dan cinta dengan masjid, jika mereka masih kecil di bawah usia tujuh tahun hendaklah diberikan arahan kepada mereka agar tidak menjadikan masjid sebagai tempat bermain dan mengajarkan mereka adab duduk yang baik di dalam masjid. Dengan demikian anak akan terbiasa dengan masjid , berteman dengan teman-teman yang gemar ke masjid, dan gemar menghadiri majlis ilmu di masjid. Dengan demikian anak pun akan terlindungi dari pergaulan-pergaulan yang tidak baik.
Di dalam Hadist shahih dijelaskan : Tujuh orang yang Allah lindungi pada hari yang tidak ada perlindungan selain dari-Nya (hari Qiyamat) ; Pemimpin yang adil, pemuda yang beribadah kepada Allah, orang yang cinta kepada masjid, dua orang yang saling menyinta karena Allah dan berpisah karena Allah, laki-laki yang menolak perempuan kaya dan cantik dengan alasan takut kepada Allah, laki-laki yang bersedekah dengan sembunyi sehingga tangan kirinya tidak tahu apa yang diberikan oleh tangan kanannya.
Anak yang sudah terbiasa ke masjid sejak kecil, kemungkinan besar bisa termasuk kedalam tujuh kategori di atas, karena dengan kebiasaannya ke masjid akan menjadikan anak tenang jiwanya, bersih pikirannya, jauh dari ketegangan jiwa dan polusi-polusi akhlak yang tidak baik, bisa memelihara dirinya dari gejolak-gejolak remaja, sehingga bisa melalui fase ini dengan selamat tanpa ada masalah. Maka sesungguhnya ibadahnya telah melindunginya dari kungkungan nafsu, dan kebiasaannya ke masjid mencegahnya dari pergaulan yang tidak baik.
3. Peran sanak keluarga
Orang tua yang mengetahui anaknya bergaul dengan teman yang tidak baik dan ingin menjauhkannya karena khawatir anaknya akan terjerumus kelembah kehinaan ataupun menyimpang dari ajaran-ajaran islam yang hanif hendaklah mencarikan pengganti teman yang baik bagi anaknya yang masih ada hubungan darah dengan anak, seperti pamannya, kakak sepupunya dan sebagainya dari orang-orang yang disegani oleh anak. Perkataan mereka lebih besar pengaruhnya ketimbang perkataan bapak karena anak-anak di usia remaja sangat sulit untuk menerima nasihat dari kedua orang tuanya, atau terkadang malah dianggap sebagai sebuah kekerasan karena anak ingin melakukan segalanya yang dia suka tanpa adanya tekanan dan larangan dari orang tua.
Sanak saudara menurut mereka tidak memiliki tanggung jawab khusus kepada anak dan perkataan mereka betul-betul diyakini sebagai sebuah nasihat dan arahan bukan sebuah perintah dan larangan, dengan demikian mereka lebih berpengaruh bagi anak dari pada kedua orang tuanya. Inilah hikmah dari adanya silaturrahmi dengan sanak keluarga, karena sekiranya tidak ada harmonisasai dengan sanak keluarga jika orang tua tidak mampu menangani anaknya sendiri, maka siapakah yang membantunya untuk memperbaiki anaknya, meskipun masih banyak orang lain. Namun jika tidak adanya hubungan yang jelas maka sangat sulit untuk mencapai hasil yang diharapakan.
Dengan demikian hubungan antar keluarga sangat membantu dalam memperbaiki anak. Anak akan lebih meluas pergaulannya karena di sana banyak anak pamannya dan lainnya yang tentunya mereka lebih aman untuk bermain dari pada dengan orang lain.
Wallahu a’lam bi as sawab
Emërtimet: tsaqafah